Monday, April 20, 2009

Jangan "Menabung" jika ingin Menabung

Kalimat inilah mungkin yang paling pantas kita lontarkan pada anak-anak kita sekarang ketika muncul keinginan mereka untuk menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung. Berbeda dengan jaman sekolah kita dulu (tahun 80an), tidak ada lagi harapan "dengan menabung pasti kita untung", yang ada adalah "menabung = buntung".

Berikut artikel yang ditulis oleh M. Fajar Marta di Surya Online tentang fenomena menabung di Indonesia :

Banyak orang awam sulit memahami mengapa nilai tabungan mereka terus tergerus. Yang mereka tahu, jika menabung, uang akan bertambah karena berbunga. Pemahaman ini terpatri sejak masa sekolah dasar saat diajarkan untuk menabung.

Saat ini, jangan pernah berharap duit membukit jika hanya punya tabungan tak lebih dari Rp 5 juta.

Ambil contoh BCA, bank yang memiliki jumlah penabung paling banyak di Indonesia. Untuk tabungan Tahapan Silver, BCA mengenakan biaya administrasi Rp 10.000 per bulan. Adapun suku bunga untuk tabungan bersaldo Rp 1 juta-Rp 10 juta sebesar 2 persen per tahun.

Dengan asumsi nilai tabungan awal Rp 5 juta dan tidak pernah ditambah selama setahun, nasabah akan mendapat bunga Rp 100.000 per tahun. Setelah dipotong pajak 20 persen, pendapatan nasabah tinggal Rp 80.000. Padahal, biaya administrasi yang harus dibayar selama setahun mencapai Rp 120.000. Alhasil, dana berkurang Rp 40.000 dalam setahun.

Penabung kian cepat kehilangan uangnya jika nilai tabungan di bawah Rp 1 juta. Sebab bunganya nol persen. Penabung tidak akan tergerus uangnya jika saldonya minimal Rp 6 juta. Pada level itu, biaya administrasi dan bunga mencapai titik keseimbangan.

Bank tentu merasa berhak memungut biaya administrasi. Alasannya, mereka harus membangun dan memelihara jaringan seperti ATM, yakni fasilitas untuk para penabung. Bank juga harus membangun infrastruktur teknologi informasi untuk mengelola dan menjaga rekening nasabah tetap aman.

Bank juga merasa pantas memberi bunga kecil atas tabungan dengan alasan tabungan dapat ditarik setiap saat sehingga bank tidak begitu leluasa menggunakan dana tabungan untuk disalurkan sebagai kredit. Berbeda dengan deposito yang dipatok jangka waktunya sehingga bank mudah mengelolanya.

Bahkan, menurut para bankir, sebenarnya tabungan sudah merupakan jasa yang harus dibeli nasabah. Dengan menabung, nasabah memiliki banyak keuntungan, seperti keamanan dan kemudahan bertransaksi, karena tidak harus membawa uang tunai ke mana-mana.

Di negara maju seperti Jepang hal inilah yang terjadi. Tabungan dipahami bukan lagi tempat menggandakan uang, tetapi hanya sekadar cadangan uang tunai mengantisipasi keperluan transaksi segera atau mendadak. Untuk investasi, dana biasanya ditaruh dalam deposito atau produk pasar modal.

Namun faktanya, perbankan juga kerap memanfaatkan pengetahuan para penabung Indonesia yang umumnya masih awam. Bank tidak pernah menjelaskan kepada nasabah. Misalnya, jika saldonya di bawah Rp 5 juta, dana nasabah tidak akan pernah bertambah.

Untuk Indonesia yang masyarakatnya belum bankable, bank seyogianya memberikan perhatian kepada penabung kecil. Saat ini ada 82 juta rekening bank di Indonesia, atau baru 35 persen dari total penduduk. Masyarakat perlu didorong menabung.

Namun, jika masyarakat kecil tahu uang tabungan mereka akan berkurang, kemungkinan mereka tak akan menabung di bank. Kalau sudah begini sia-sia saja program Ayo ke Bank yang dicanangkan Bank Indonesia.

Sumber : Surya Online, dikirimkan sebagai attachment email dari kakak saya

____

Thursday, April 09, 2009

Put The Right Things on The Right Places

Seorang teman di suatu milis bertanya mengenai pembagian dan pengaturan space gudang untuk menyimpan (menempatkan) barang-barang kebutuhan dan hasil produksi, kebetulan sekali saya pernah mempunyai pengalaman mengenai hal ini.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan layout dan pengaturan penempatan barang adalah :

  1. Fast or Slow moving, fast moving ditempatkan lebih dekat dengan pintu masuk/keluar ruangan gudang dibanding slow moving.
  2. Berat barang, jika ada penempatan vertikal (rak), paling bawah adalah untuk menyimpan barang yang paling berat, sedangkan rak yang paling atas untuk barang yang paling ringan.
  3. Larangan, pisahkan barang2 yg tidak boleh saling berdekatan, contoh barang2 yg berbau tajam dijauhkan dari barang2 bahan makanan.
  4. Pengawasan, barang2 yang butuh pengawasan ketat (barang berbahaya, barang value tinggi/extra mahal), ditempatkan di posisi yg "open" pengawasan.
  5. Perhatikan ruas jalan (aisle) dlm gudang untuk memudahkan moving & handling.
  6. FIFO, atur penempatan (untuk tiap barang) sedemikian rupa agar mudah FIFO nya.
Sumber : my experience

_____