Tuesday, March 17, 2009

Low Risk Low Return, High Risk not always gain High Return, but Optimize Risk will always drive to Higher Return

Inilah yang dicoba untuk dicapai saat kita berpikir bagaimana caranya untuk menekan modal tertahan dalam bentuk stock dan work in proses inventory tanpa mengabaikan kebutuhan ketersediaan barang 100%, sehingga dapat menekan inventory cost yang secara otomatis akan meningkatkan profit.

Sebagaimana judul tulisan ini berbunyi, bahwa sebuah sistem produksi yang dibangun di atas high level inventory akan mempunyai peluang lebih besar untuk tidak stop produksi (low risk) akibat kekurangan bahan tetapi dengan harus menanggung efek inventory cost yang tidak kecil pula (low return).

Sedangkan usaha reduce cost dengan cara menekan inventory level sekecil kecilnya tanpa konsep yang jelas akan beresiko meningkatnya lost time (stop) produksi akibat kehabisan bahan kebutuhan produksi (high risk), yang parahnya akan mempengaruhi ketepatan delivery ke customer (not high return) yang akhirnya akan mengurangi kepuasan dan kepercayaan customer, dan inlah yang paling berbahaya.

Dari gambaran contoh efek salah satu komponen sistem produksi diatas maka perlu dipikirkan sebuah cara untuk mendapatkan high return yang lebih pasti dengan cara meng “optimize resiko”. JISHUKEN adalah salah satu bentuk pendekatan atau metode untuk mengoptimze resiko. Resiko yang diakibatkan tidak hanya 1 faktor saja tapi resiko-resiko yang diakibatkan oleh hasil proses manajemen seluruh komponen atau bagian dari sistem produksi.

JISHUKEN sendiri mempunyai definisi yaitu aktivitas kaizen yang dimotori oleh manajemen dimana anggotanya harus mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan terus menerus (continuous improvement) dan membuka diri untuk dilihat dan memperlihatkan informasi-informasi yang mendukung melalui organisasi untuk menstimulasi proses atau aktivitas kaizen itu sendiri.


Gambar 1. Jishuken Temple

Gambar Jishuken temple diatas memperlihatkan bahwa tujuan akhir Jishuken adalah menciptakan sebuah kondisi dari sistem produksi atau manufaktur yang disebut dengan Lean Manufacturing. Yaitu suatu sistem produksi yang berjalan tanpa 7 waste (hal yang dihindari atau dihilangkan). 7 waste itu adalah :

Waiting (Waktu menunggu)
Overproduction (Produksi berlebih)
Repair or Correction (Perbaikan/Koreksi)
Motion (Terlalu banyak gerakan)
Processing/Over-Processing (Proses yg terlalu lama)
Inventory (Inventory yg tinggi)
Convayence

Ketujuh waste tersebut disingkat menjadi W.O.R.M.P.I.C. Sedang Bapak Vincent Gaspers dalam tulisannya yang berjudul Lean-Sigma Green Company memperdetil waste menjadi 9 macam yang disingkat EDOWNTIME yaitu terdiri dari :

Environmental
Defect
Overproduction
Waiting
Not Utilizing employees knowledges, skills, abilities
Transportation
Inventories
Motion
Excessprocessing

Jishuken Temple terdiri atas 3 pilar utama yaitu Just In Time, Perbaikan Mental SDM, dan Jidoka atau Proses yang berkualitas.

Just In Time
Just In Time sendiri adalah suatu konsep mengeliminasi waste yang terjadi di lingkungan produksi dengan cara menyerahkan barang yang tepat (dibutuhkan) disaat yang tepat (dibutuhkan) dalam jumlah yang tepat (dibutuhkan) pula. Konsep ini diwujudkan dengan melakukan 3 metode yaitu :

1) PULL SYSTEM,
2) TAKT TIME
3) SINGLE PIECE FLOW

Aliran proses produksi memakai sistem tarik (Pull System), yaitu proses sebelumnya menyerahkan barang ke proses selanjutnya tepat pada saat proses selanjutnya membutuhkannya sejumlah satu persatu (Single Piece Flow), dengan lama penyiapan barang tersebut tidak lebih dari waktu yang dibutuhkan untuk memproses 1 pcs barang (Takt Time).

Jidoka
Pilar yang kedua dari Jishuken Temple adalah Jidoka yaitu membangun suatu proses yang berkualitas dengan beberapa tool yaitu :

1. Andon, visualisasi keadaan bahaya, problem pada lini produksi yang akan membantu semua orang yang terlibat dalam proses produksi segera mengetahui adanya masalah sehingga langkah cepat untuk mengatasinya dapat segera diambil.
2. Pokayoke, secara istilah berarti alat anti salah, adalah satu bentuk alat atau sensor yang didesain sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kesalahan proses dan meningkatkan kualitas (baca : keseragaman produk).
3. Full Work System, dari dua aplikasi metode peningkatan kualitas proses diatas, maka akan dapat diupayakan semaksimal mungkin utilitas sumber daya produksi.

SDM
Pillar ketiga yang terpenting adalah tatanan dalam bangunan Jishuken Temple dijalankan oleh orang-orang yang bermotivasi dan berkemampuan tinggi serta fleksibel.

Kekuatan bangunan adalah terletak pada pondasinya, jadi bangunan Jishuken Temple ini harus dibangun di atas stabilitas operasional yang diciptakan dengan implementasi standarisasi kerja, total productive maintenance (TPM), dan high supplier reliability sebagai satu kesatuan dalam supply chain.

Referensi :
1. http://www.jishuken-europe.com
2. Gasperz, Vincent, Prof. Dr., Lean-Sigma Green Company Sebuah Landasan Kokoh Menuju Perusahaan yang Lebih "Environmentally Friendly and Social Responsible"

_____